Sabtu, 07 Februari 2009

Makin Gemuk, Sperma Makin Sedikit

PRIA yang kegemukan ternyata punya kemungkinan tiga kali lebih besar memiliki lebih sedikit sperma dibandingkan dengan pria dengan berat tubuh normal. Hal itu disimpulkan dari studi yang disiarkan di Jurnal Fertility and Sterility dan dikutip Xinhua.

"Pria dengan bobot berat menghadapi resiko tiga kali lipat memiliki sedikit sperma motil progresif,"

ungkap temuan studi Dr. Ahmad O. Hammoud dari University of Utah, Salt Lake City, dan rekannya.

"Ada hubungan kuat antara kelebihan berat badan serta kegemukan dan perubahan parameter sperma," kata Hammoud dan timnya.

Kegemukan mungkin merusak kesuburan pada pria, kata para peneliti tersebut, sementara peningkatan lemak tubuh dapat memberi sumbangan pada tingkat tertosterone yang lebih rendah dan tingkat estrogen yang lebih tinggi.

Untuk mengkaji bagaimana indeks massa tubuh (BMI) mempengaruhi kualitas sperma, mereka mengevaluasi 390 pria yang berusaha menjalani perawatan kesuburan dengan pasangan mereka selama kurun waktu dua tahun.

Sebanyak 24 persen pria memiliki berat normal, sedangkan 43 persen memiliki kelebihan berat badan, dan 33 persen kegemukan. Secara keseluruhan, 10.5 persen memiliki sedikit jumlah sperma.

Prevalensi jumlah sperma yang rendah muncul saat BMI meningkat; pria kegemukan 3,3 kali lebih mungkin untuk memiliki sedikit jumlah sperma dibandingkan dengan pria dengan berat normal.

Risiko memiliki sedikit jumlah sperma mobil progresif juga naik sejalan dengan BMI; pria yang sangat gemuk 3,4 kali lebih mungkin dibandingkan dengan pria bertubuh normal untuk memiliki sedikit jumlah sperma mobil progresif.

Pria yang bertubuh sangat gemuk juga 1,6 kali lipat lebih mungkin memiliki sperma berbentuk tidak normal jika dibandingkan dengan pria yang kelebihan berat badan atau berat normal.

Kenyataan itu membuat lebih mungkin bahwa kelompok studi tersebut memiliki kualitas sperma yang lebih buruk dibandingkan pria pada umumnya, kata Hammoud dan rekannya.

PRIA yang kegemukan ternyata punya kemungkinan tiga kali lebih besar memiliki lebih sedikit sperma dibandingkan dengan pria dengan berat tubuh normal. Hal itu disimpulkan dari studi yang disiarkan di Jurnal Fertility and Sterility dan dikutip Xinhua.

"Pria dengan bobot berat menghadapi resiko tiga kali lipat memiliki sedikit sperma motil progresif,"

ungkap temuan studi Dr. Ahmad O. Hammoud dari University of Utah, Salt Lake City, dan rekannya.

"Ada hubungan kuat antara kelebihan berat badan serta kegemukan dan perubahan parameter sperma," kata Hammoud dan timnya.

Kegemukan mungkin merusak kesuburan pada pria, kata para peneliti tersebut, sementara peningkatan lemak tubuh dapat memberi sumbangan pada tingkat tertosterone yang lebih rendah dan tingkat estrogen yang lebih tinggi.

Untuk mengkaji bagaimana indeks massa tubuh (BMI) mempengaruhi kualitas sperma, mereka mengevaluasi 390 pria yang berusaha menjalani perawatan kesuburan dengan pasangan mereka selama kurun waktu dua tahun.

Sebanyak 24 persen pria memiliki berat normal, sedangkan 43 persen memiliki kelebihan berat badan, dan 33 persen kegemukan. Secara keseluruhan, 10.5 persen memiliki sedikit jumlah sperma.

Prevalensi jumlah sperma yang rendah muncul saat BMI meningkat; pria kegemukan 3,3 kali lebih mungkin untuk memiliki sedikit jumlah sperma dibandingkan dengan pria dengan berat normal.

Risiko memiliki sedikit jumlah sperma mobil progresif juga naik sejalan dengan BMI; pria yang sangat gemuk 3,4 kali lebih mungkin dibandingkan dengan pria bertubuh normal untuk memiliki sedikit jumlah sperma mobil progresif.

Pria yang bertubuh sangat gemuk juga 1,6 kali lipat lebih mungkin memiliki sperma berbentuk tidak normal jika dibandingkan dengan pria yang kelebihan berat badan atau berat normal.

Kenyataan itu membuat lebih mungkin bahwa kelompok studi tersebut memiliki kualitas sperma yang lebih buruk dibandingkan pria pada umumnya, kata Hammoud dan rekannya.

1 komentar:

MONOKROM mengatakan...

Untung suami saya tetap langsing he..he...he....gak kawatir dech!